PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. PENGERTIAN INTERNALISASI BELAJAR
DAN SPESIALISASI DAN PROSES SOSIALISASI SERTA PERANAN SOSIAL PEMUDA DI
MASYARAKAT
1.
Pengertian Pemuda
Pemuda
adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban
moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan
generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan
persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang
tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan
lapangan kerja dan masalah lainnya. Seringkali pemuda dibenturkan dengan
“nilai” yang telah ada jika mereka berkelakuan di luar nilai tersebut.
Proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam
membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut
dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada
di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Ada beberapa
kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat, antara
lain:
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan
yang baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya
yang mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat,
sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.
2.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang
perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media
Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
a. Proses
Sosialisasi
Istilah
sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi
selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang
membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku
ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses tersebut,
seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga
negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup
ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini
tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses
sosialisasi.
b. Media
Sosialisasi
• Orang tua
dan keluarga
• Sekolah
• Masyarakat
• Teman
bermain
• Media
Massa
c. Tujuan
Sosialisasi
• Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
• Individu
harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
•
Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
• Bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum
Berikut
pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte
Buhler
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan
berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter
Berger
Sosialisasi
adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B.
Horton
Sosialisasi
adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi
adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
3.
Internalisasi, Belajar, dan Spesialisasi
Ketiga kata
atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki
pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi
sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang
menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma
kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma
tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma
kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah
belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki
sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak
tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di
lembaga pendidikan.
Istilah spesialisasi
ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang
individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
4. Proses
Sosialisasi
Menurut
George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
• Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini
dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan
cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
• Tahap
meniru (Play Stage)
Tahap ini
ditandai dengan:
Semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.
Mulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan
sebagainya.
Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi
orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
• Tahap
siap bertindak (Game Stage)
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
• Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap
ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
5. Peranan
Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Pada masa
1990 sampai 2000 an demonstrasi masih marak di berbagai tempat. Pada masa itu
mahasiswa dan pemuda menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Moral. Sedangkan pada
mahasiswa yang lain gerakan mahasiswa menyebutkan dirinya sebagai gerakan
Politik.
Mahasiswa
menjadi pecah dan terkadang pragmatis. Tidak menjadi rahasia umum lagi
mahasiswa dibayar untuk berdemonstrasi.
Sebelum
terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise–
sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah
belajar di sekolah/kampus.
Peranan
sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga
yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka
dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti
sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan
yang relatif sama dengan warga yang lain.
Dasar Pemikiran
neoliberalisme “pasar adalah tuan dan negara adalah pelayan” salah satu contoh
yang paling baru mengenai kekalahan negara/pemerintah terhadap pasar adalah
harga minyak yang naik.
Paradigma
pasar menguhah cara berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme
memutarbalikkan hubungan antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi)
(Polanyi, 1957).
Pada awal
beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masyarakat.
Operasionaliasi norma-norma pasar berakar dan dibatasi norma sosial, kultural,
dan politik. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan
ekconomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik
180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan
sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar.
Dampak
langsung yang bisa dirasakan semenjak kenaikan BBM tahun 2005 antara lain
terjadi inflasi, daya beli masyarakat menurun, kesehatan masyarakat menurun
(kekurangan gizi), angka anak putus sekolah (drop out), angka kematian anak,
pengangguran dan kemiskinan meningkat, sehingga munculnya kerentanan sosial.
Keadaan di
atas dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya generasi yang hilang (the lost
generation) ungkapan yang telah nyaris menjadi klise, jika persoalan anak dan
orang muda tidak dapat diatasi dengan baik khususnya di sektor Gizi dan
kesehatan serta pendidikan, maka kita akan kehilangan sebuah generasi, yang
menjadi pertanyaan apakah benar bahwasanya satu generasi yang akan hilang ?
kehilangan generasi mempunyai implikasi yang luas mereka mungkin tidak akan
mampu menyisakan pendapatannya untuk memperbaiki kesejahteraanya sendiri hingga
lingkaran setan pun terjadi karena Gizi yang rendah, prestasi sekolah yang
pas-pasan, kemungkinan anak akan drop- out dan harus mempertahan kan hidup dan
pengangguran.
Secara tak
sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi
baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan
bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan,
hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi
lemah.
Sarana
tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard,
playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi
anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik
perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk
belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan
kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda
yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa
berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat
ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi
muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Sudah 60
tahun lebih bangsa Indonesia merdeka, sistem pendidikan telah dibaharui agar
mampu menjawab berbagai perubahan diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi
selesai kuliah barisan penganggur berderet-deret. Para penganggur dan setengah
penganggur yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka
menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat
mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan
dalam jangka panjang.
Peran Pemuda
dalam Masyarakat
a. Peranan
pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
b. Peranan
pemuda yang menolak unsur menyesuaikan diri dengan lingkungannya
c. Asas
edukatif
d. Asas
persatuan dan kesatuan bangsa
e. Asas
swakarsa
f. Asas
keselarasan dan terpadu
g. Asas
pendayagunaan dan fungsionaliasi
B. POLA
DASAR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA, DUA PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA, MENYEBUTKAN MASALAH-MASALAH GENERASI MUDA,
MENYEBUTKAN POTENSI-POTENSI GENERASI MUDA, SERTA TUJUAN POKOK SOSIALISASI
1. Pola
Dasar Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda
Rangkaian
kebijaksanaan pokok dalam pembangunan di bidang pendidikan dan pembinaan
generasi muda dalam Repelita II mencakup sejumlah kegiatan lanjutan, perluasan
dan peningkatan berbagai usaha selama Repelita I. Hal ini dilaksanakan dalam
rangka pemecahan keseluruhan masalah yang mendesak secara lebih mendasar.
Masalah-masalah di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda antara lain
menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan, keserasian (relevansi) pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan, tepat guna dan hasil guna pengelolaan sistim pendidikan,
peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda pada
umumnya, pembinaan olah raga, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pendidikan dan pembinaan generasi muda. Berbagai masalah tersebut berkaitan
satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan dalam mengatasinya secara
lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu kebulatan pula.
Kaum muda
dalam setiap masyarakat dianggap sedang mengalami apa yang dinamakan
”moratorium”. Moratorium adalah masa persiapan yang diadakan masyarakat untuk
memungkinkan pemuda-pemuda dalam waktu tertentu mengalami perubahan.
Menurut pola
dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa generasi muda dapat
dilihat dari berbagai aspek sosial, yakni:
1. Sosial
psikologi
2. sosial
budaya
3. sosial
ekonomi
4. sosial
politik
Pola dasar
pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan nomor : 0323/U/1978
tanggal 28 oktober 1978. Yang mempunyai tujuan agar pihak-pihak yang
berkepentingan benar-benar memakai pedoman untuk dapat mencapai tujuan yang
tepat.
Pola pembinaan dan pengembangan generasi muda memiliki dasar seperti :
1. Pancasila
2. Undang-undang dasar 1945
3. Garis-garis Besar Haluan Negara
4. Sumpah Pemuda dan Proklamasi
5. Tata nilai ditengah masyarakat
Langkah-langkah
kebijaksanaan yang digariskan dalam Repelita II telah mengarahkan penyusunan
program-program utama untuk mencapai sasaran-sasaran pokok di bidang
pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui pelaksanaan rencana
tahunan. Garis-garis kebijaksanaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Perluasan
dan pemerataan kesempatan belajar
Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas
keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun
gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85%
dari seluruh anak umur 7 — 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan
berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula
pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan perluasan kesempatan belajar pada SD.
Demikian
pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD akan
diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang
ingin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat
sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG)
akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang
memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah
(STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat
pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada
bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi.
Dalam pada
itu, kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh
kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat
pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu
berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah.
b.
Peningkatan mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan untuk semua jenis dan tingkat pendidikan dilakukan
antara lain melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan sistim studi
pada umumnya.
2. Pengadaan buku-buku pelajaran pokok beserta buku pedoman guru (Ilmu
Pengetahuan Alam, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa) pada SD dan
sekolah-sekolah lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan teknik untuk
sekolahsekolah yang memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai
bidang studi pada pendidikan tinggi.
3. Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada SD, Taman
Kanak-kanak dan Sekolah Luar Biasa, laboratorium IPA pada sekolah-sekolah
lanjutan umum (SMP dan SMA), fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktek
pada sekolah-sekolah kejuruan dan teknik, serta laboratorium-laboratorium untuk
berbagai bidang ilmu pada pendidikan tinggi
4. Penataran guru dan dosen secara terarah sesuai dengan keperluan dan
prioritas peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan tingkat pendidikan.
5. Pengadaan buku-buku bacaan yang sehat .dan bermutu melalui perpustakaan
sekolah untuk SD dan sekolah-sekolah lanjutan dalam rangka merangsang minat
baca para anak didik dan siswa serta kalangan remaja dan pemuda pada umumnya.
c.
Peningkatan relevansi pendidikan
Perluasan dan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana diutarakan di atas
diusahakan untuk lebih langsung dikaitkan dengan pengembangan kesempatan kerja,
termasuk meningkatkan prakarsa membuka lapangan kerja sendiri oleh para
lulus-an sekolah, sesuai dengan arah pengembangan generasi muda yang sanggup
berdiri sendiri. Sekolah-sekolah kejuruan dan teknik akan lebih dikembangkan
polanya sehingga menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan oleh
pembangunan. Untuk itu, dunia usaha dan sektor-sektor yang menciptakan lapangan
kerja diikut sertakan sepenuhnya di dalam latihan-latihan ketrampilan kejuruan
dan teknik.
Keserasian sistim pendidikan dengan kebutuhan pembangunan diusahakan pula
dengan menambahkan mata pelajaran kerajinan tangan (prakarya) serta fasilitas
pendidikan ketrampilan lainnya pada pendidikan umum. Untuk mengusahakan agar
mahasiswa memperoleh latihan yang sesuai dengan kenyataan dan kemajuan
pembangunan diselenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bagian
yang integral dari kurikulum Perguruan Tinggi.
d. Peningkatan pengelolaan sistem pendidikan
Usaha dalam lapangan ini diperlukan agar dana dan tenaga yang tersedia dapat
digunakan secara tepat dan berhasil guna dalam usaha perluasan kesempatan
belajar, peningkatan mutu dan peningkatan relevansi pendidikan. Kebijaksanaan
dan tata cara kerja yang dikembangkan antara lain meliputi pe-ngembangan
kemampuan tenaga pimpinan dalam jumlah yang memadai dan mutu yang baik,
kelancaran komunikasi dalam struktur pengorganisasian yang tepat dan terarah,
sinkronisasi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan sesuai dengan pembagian
tugas dan tanggung-jawab fungsionil pembinaan pendidikan dan latihan, serta
pengawasan pelaksanaan, baik dalam arti keuangan dan penggunaan biaya maupun
teknis operasionil dari pelaksanaan proyek dan program.
e.
Pendidikan di luar sekolah
Pendidikan di luar sekolah ditingkatkan antara lain melalui usaha pemulihan
kemampuan aksarawan yang ada dan menghasilkan aksarawan-aksarawan baru dengan
disertai penyediaan bahan bacaan pengetahuan praktis. Kegiatan ini diserasikan
pula dengan usaha-usaha penerangan dan penyuluhan dalam berbagai bidang
pembangunan masyarakat. Di samping itu dilakukan pula usaha-usaha pembinaan
keluarga sejahtera. Selanjutnya diselenggarakan berbagai kegiatan latihan dan
kursus pendidikan masyarakat yang bertujuan memberikan berbagai ketrampilan
dasar terutama bagi para remaja yang tidak sepenuhnya berkesempatan mengikuti
atau melanjutkan pendidikan sekolah.
f. Pembinaan
generasi muda
Pembinaan generasi muda pada umumnya bertalian erat baik dengan usaha-usaha
pendidikan sekolah (pendidikan for-mil) maupun dengan kegiatan pendidikan luar
sekolah (non- formil). Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan
generasi muda dilakukan dalam lingkungan sekolah dan kampus begitu pula di
kalangan masyarakat luas (dalam kepramukaan ataupun organisasi kepemudaan
lainnya).
Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi,
terarah, integral dan komprehensif. Hal ini berarti bahwa antara satu
organisasi/lembaga dengan organisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling
mengisi dan saling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam
pelaksanaan program-program pembangunan serta partisipasinya dalam proses
pembangunan pada umumnya.
g. Pembinaan
olahraga
Usaha di bidang pembinaan olah raga bertujuan meningkatkan kondisi fisik di
samping meningkatkan mutu prestasi keolah-ragaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diusahakan peningkatan program-program kesegaran jasmani dan latihan/
perlombaan olah-raga yang diikuti oleh sebanyak mungkin peserta di samping peningkatan
prestasi berbagai cabang olah raga secara kontinu dan berjenjang.
Dalam rangka kebijaksanaan tersebut disediakan alat-alat olah raga di
sekolah-sekolah, serta penyelenggaraan pertandingan-pertandingan olah raga di
kalangan siswa, generasi muda dan masyarakat luas. Suatu bentuk senam pagi khas
Indonesia dikembangkan pula untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.
h. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan dan pembinaan
generasi muda antara lain diwujudkan melalui pelaksanaan Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP’) yang telah ditinjau kembali sehingga lebih sesuai dengan
kenyataan kemampuan orang tua serta lebih wajar, adil dan efektif. Di samping
itu diusahakan menggairahkan pengikutsertaan masyarakat luas termasuk dunia
usaha melalui Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Usaha-usaha
penyempurnaan SPP dan BP3 tersebut akan terus dilanjutkan sehingga kerjasama
antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah dapat dibina.
2. Dua
Pengertian Pokok Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda
1. Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang
telah memiliki bekal2 dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam
keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainya, guna menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan
bernegara serta pembangunan nasional.
2. Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengambangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri
yang melibatkan secara fungsional.
3. Masalah –
Masalah Generasi Muda
a. Dirasa menurunya jiwa idealisme, patriorisme dan nasionalisme di kalangan
masyarakat termasuk generasi muda
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan faslitas pendidikan
yang tersedia, baik secara formal atauoun non formal.
d. Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja, serta tingginya angka
pengangguran atau setengah penganggurandi generasi muda.
e. Kurangnya gizi, yang dapat menyebabkan hambatan bagi pertumbuhan atau
perkembangan badan di generasi muda.
f. Perkawinan di bawah umur
g. Pergaulan bebas
h. Meningkkatnya kenakalan remaja (narkoba)
i. Belum adanya peraturan UU yang menyangkut generasi muda.
4.
Potensi-Potensi Generasi Muda
a. Idealisme dan daya kritis
b. Dinamika dan kreatifitas
c. Keberanian mengambil resiko
d. Optimis dan kegairahan semangat
e. Sikap kemandirian dan disiplin murni
f. Terdidik
g. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h. Patriotisme dan nasionalisme
i. Sikap kesatria
j. Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
5. Tujuan
Pokok Sosialisasi
• Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan
pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
C.
PENGERTIAN PERGURUAN DAN PENDIDIKAN, CARA PENGEMBANGAN POTENSI GENERASI MUDA
DAN ALASAN UNTUK BERKESEMPATAN MENGENYAM PENDIDIKAN TINGGI
1.
Pengertian Pendidikan Dan Perguruan Tinggi
• Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki ilmu di bidang keinginannya masing – masing agar
bermanfaat bagi agama, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
• Sedangkan perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
tinggi disebut Mahasiswa sedangkan tenaga pendidikan perguruan tinggi disebut
dosen. disinilah seseorang dapat mengembangkan lebih dalam lagi ilmu – ilmu
yang telah didapat dari pendidikan sebelumnya (SD,SMP,SMA), yang akan
berpeluang besar menggantikan generasi sebelumnya, dan dapat memajukan bangsa dan
negaranya.
2. Cara
Pengembangan Potensi Generasi Muda
• Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan
pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
3. Alasan
Untuk Berkesempatan Mengenyam Pendidikan Tinggi
Pembicaraan
tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan
tinggi menjadi penting , karena berbagai alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka
memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan
untuk terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai
masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh
generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah,
namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka
mahasiswa mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana
dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata
pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan
dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat
menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan
memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara
keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari
susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat,
dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya
mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari
keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada
umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta
keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
D. PENDAPAT
MAHASISWA MENGENAI PEMUDA DAN SOSIALISASI
Menurut
saya, pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu
merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab
yang diberikan generasi tua. Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda
Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat
membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di
masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses
sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses
hingga mencapai titik kulminasi.Proses sosialisasi akan berlangsung saat pemuda
beranjak dewasa dan proses sosialisasi dapat memberikan dampak positif dan dampak
negative bagi pemuda. Apabila proses sosialisasi sesuai dengan norma-norma akan
membentuk kepribadian suatu individu yang baik dan kelak bisa menjadi generasi
penerus bangsa.
NAMA : MEIDIANA MONICA
KELAS : 1 KA 07
NPM : 15113408
E. REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar