BAB 9
ILMU PENGETAHUAN
TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
A. ILMU DAN 4 HAL SIKAP
ILMIAH
Macam-macam pengertian ilmu
1. Ilmu adalah panduan atau petunjuk yang diberikan oleh
Tuhan kepada manusia sebagai bekal untuk menjadi khalifah
dalam mengelola dunia, ibarat ketika kita membeli suatu
barang elektronik maka dibekali buku panduan oleh produsenya untuk dipelajari
sehingga dapat menemukan
cara terbaik dalam menggunakan, merawat dan memperbaiki barang
elektronik tersebut.
2. Ilmu adalah cahaya sebagai penerang langkah
kehidupan serta bekal untuk mengenal Tuhan.
3. Ilmu merupakan alat untuk membedakan antara
orang yang mengetahui dengan tidak mengetahui.
4. Tuhan akan meninggikan derajat orang-orang
berilmu apabila mengamalkan ilmunya.
5. Derajat orang berilmu yang bermanfaat itu
lebih tinggi dari ahli ibadah.
6. Ilmu itu jauh lebih baik dari pada
harta.
Sumber-sumber ilmu
Kabar yang dapat dipercaya.
Indera lahir maupun batin.
Akal berupa nalar maupun intelektual.
Intuisi
Jenis-jenis ilmu
1. Ilmu abadi yaitu pengetahuan yang diberikan
oleh Tuhan kepada manusia dalam bentuk kitab suci alquran dan hadist yang
disampaikan kepada manusia melalui perantara rasul sebagai utusan Tuhan, ilmu
jenis ini merupakan suatu bentuk yang sudah pasti benar dan tidak berubah serta
dapat dibuktikan dalam situasi,kondisi dan zaman apapun.
2. Ilmu yang dicari yaitu pengetahuan yang didapat
oleh manusia sebagai hasil dari usaha mencari suatau definisi alam semesta,
ilmu jenis ini dapat berubah entah itu bertambah maupun berkurang sesuai dengan
hasil riset penemuan manusia sebagai makhluk yang dibekali akal. sebuah ilmu
bisa dianggap benar dimasa lalu namun bisa jadi sudah tidak cocok dimasa depan
ketika dilakukan penelitian baru.
Jadi difenisi Ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi
dua macam berdasarkan alirannya, yaitu:
Pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan
manusia.
Ilmu pengetahuan pragmatis. Aliran ini meyakini bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan menfaat bagi manusia
dalam pemecahan masalah kehidupan
Menurut Aristoteles: pengetahuan merupakan pengetahuan
yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi; menurut Decartes: ilmu
pengetahuan merupakan serba budi; Bacon danDavid Home: ilmu
pengetahuan merupakan pengalaman indera dan batin; ImmanuelKent: Pengetahuan
merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan menurut teoriPhyroo:
mengatakan tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari berbagai macam pandangan diatas diperoleh teori-teori
kebenaran pengetahuan:
1. Teori yang bertitik tolah adanya
hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana pengetahuan dianggap benar
apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil yang terdahulu.
2. Pengetahuan benar apabila ada kesesuaian
dengan kenyataan.
3. Pengetahuan benar apabila mempunyai
konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan
kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan mengalami kesulitan,
walaupun dikalangan ilmuwan sudah ada keseragaman pendapat, namun masih
terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan
Pleonasme/mubazir saja. Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang
merupakan bahan dalam penelitian, meliputi
a. Objek Material
Sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh
b. Objek Formal
Sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi
pusat perhatian
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi
rangkaian kegiatan dan tindakan yang dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu
kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk
sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir
analitis, sintesis, induktif, dan deduktif yang berujuk pada pengujian
kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencarai berbagai hal
yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah yaitu:
1. Tidak ada perasaan yang bersifat
pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
2. Selektif, artinya mengadakan
pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau
gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3. Kepercayaan yang layak
terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi
yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4. Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih
terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran
pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah
selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan alam dan
ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebut generic
meliput segala usaha penelitian dasar dan terapan serta pengembangannya. Penelitian
dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan
adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Pengembangan
diartikan sebagai penggunaan sistematis dari pengetahuan yang diperoleh
penelitian untuk keperluan produksi bahan2, cipta rencana sistem metode atau
proses yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau engineeringnya
(Bachtiar Rifai, 1975)
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut,
perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan teknologi dan
kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah.
Contoh sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam masyarakat
tersebut ada kesatuan dari pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan
sosial di dalam suku dan kewajiban setiap individu jelas. Argumen ontologis,
kalau menurut teori Plato, artinya berteori tentang wujud atau hakikat yang
ada. Keadaannya sekarang sudah berkembang sehingga manusia sudah mampu
membedakan antara ilmu pengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4 Hal Sikap yang Ilmiah, yaitu:
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya
dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya (memelajari, meneruskan,
menolak/menerima serta mengubah/menambah suatu ilmu). Untuk mencapai suatu
pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah,
yang meliputi empat hal yaitu :
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi
pengetahuan ilmiah yang obeyktif .
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang
dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan
terhadap hipotesis yang ada
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat
diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma
terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan
kembali.
Beberapa sikap ilmiah lainnya
dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para
ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan
tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin
untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam
menyelesaikan eksprimen.
Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci lagi Diederich
mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah yakni sebagai berikut:
Selalu meragukan sesuatu.
Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
T e k u n.
Suka pada sesuatu yang baru.
Mudah mengubah pendapat atau opini.Loyal etrhadap kebenaran.
Objektif.
Enggan mempercayai takhyul.
Menyukai penjelasan ilmiah.
Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
Menyadari perlunya asumsi.
Pendapatnya bersifat fundamental.
Menghargai struktur teoritis
Menghargai kuantifikasi.
Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan.
Dapat menerima pengertian generalisasi
B. TEKNOLOGI DAN CIRI-CIRI TEKNOLOGI
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari
kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua
proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda
atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali
dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat
dilaksanakan secara berulang (repetisi).
Teknologi dalam arti ini dapat
diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil
dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di
dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan
karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah
istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne”
manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari
kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan
barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber.
Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi
manusia di dalam dunia. Teknologi bukan
lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan
keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang
berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan
menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi juga penerapan keilmuan yang
mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan
teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi merupakan Aplikasi ilmu dan
engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki
kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa
aspek.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan
pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang
kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan,
sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam beperjalanan dan
mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di
antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah
memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur
yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungansampai senjata
nuklir.
Fenomena Teknik pada Masyarakat
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah
menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan
tidak alamiah..
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan
dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.Teknik berkembang
pada suatu kebudayaan.
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi
dan saling bergantung.
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas
kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
sendiri.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya
menghadapi teknologi Barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh
segelintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi
Barat tersebut adalah:
1. Serba intensif dalam segala hal, seperti modal,
organisasi, tenaga kerja dll. Sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada
dengan buruh itu sendiri.
2. Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat
melestarikan sifat kebergantungan.
3. Kosmologi atau pandangan teknologi Barat adlaah
menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan
kemanjuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan
manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.
C. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai
atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui
kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan
sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai
proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami
alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang
dihasilkan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran
(rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil
metode keilmuwan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh
karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori
yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai
ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus
dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu
adalah diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan
pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam
kegiatan metode ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat
logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji
kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi
logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman
diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak
spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat
berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense) yang disertasi
mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa pembalaran) dan wahyu
(merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya
dengan nilai moral yaitu:
1. Ontologis (Objek Formal Pengetahuan)
Ontologis dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh
pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek
penelaahannya
2. Epistemologis
Epistemologis seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan
cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
pengetahuan.
3. Aksiologis
Aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau
fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari
ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan:
1. Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah
bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis,
soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan
untuk tujuan baik atau buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu
dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan lainnya
dikorbankan demi teknologi.
2. Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi
itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan
dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asa moral atau
nilai-nilai. Golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses
yang terjadi apabila ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan golongan kedua yang patut kita
masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan “pelacuran”
dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
D. KEMISKINAN
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga
hal:
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang
dimiliki.
Ciri-Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah,
modal, ketrampilan, dan lain-lain.
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal
usaha.
Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai
keterampilan.
Fungsi Kemiskinan
Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk
pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar
murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang
sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah
runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada.
Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, banyak
kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan
kehadiran orang miskin.
Kedua, kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau jasa.
Baju bekas yang tak layak pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin,
termasuk buah-buahhan yang hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya
menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.
Ketiga, kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang
menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah,
mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani
tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Keempat, kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada
orang miskin, lahirlah pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang
menyalurkan dana dari badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai
kegiatan yang dikelola oleh departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling
laku dijual oleh Negara Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.
Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Perhatikan jasa
orang miskin pada perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan
label bos kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan
memerintah inem-inem mengurus rumah tangganya.
Keenam, bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya
tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu
lalu lintas ditertibkan (ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak
diganti).
Menurut teori Fungsionalis dari Statifikasi (tokohnya Davis),
kemiskinan memiliki sejumlah fungsi yaitu:
1. Fungsi Ekonomi
Penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu menimbulkan dana
sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat
pemulung).
2. Fungsi Sosial
Meninmbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan,
sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi
kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi Kultural
Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi
sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4. Fungsi Politik
Berfungsi sebagai kelompok gelisan atau masyarakat marginal
untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti
menyetujui lembaga tersebut. Tetapi karena kemiskinan berfungsi maka harus
dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
E. PENDAPAT
Ilmu Pengetahuan, yaitu: sesuatu yang secara teratur
diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna
tersendiri bagi penerimanya.
Teknologi, yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja
dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu
berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
F. REFERENSI
NAMA : MEIDIANA MONICA
KELAS : 1KA07
NPM : 15113408
Tidak ada komentar:
Posting Komentar